Hari-hari
menjadi seorang kelas duabelas itu melelahkan, Jendral!
Sepertinya
semua yang ada di sekeliling tak ada beda dengan yang sudah-sudah. Namun,
mengapa semua berubah rasa ketika kelas duabelas telah menjadi beban baru dalam
tumpuan bahu. Beban itulah yang beranak menjadi bermacam pikiran. Ikhlas dan
sabar mungkin kunci dari gembok masa depan itu sendiri.
Deadline
tugas menumpuk meraung minta untuk dijamah, sebagai manusia normal, semua butuh
skala prioritas. Tak ada hasil yang maksimal ketika tiada yang dikorbankan. Pastilah,
ada yang merasa tersisihkan. Itu semua kehidupan, yang harus terus diselami
untuk mendapat mutiara dari kehidupan itu sendiri. Bekal masa depan.
Tidak
ada orang yang mau mengulang kesalahan untuk kesekian kali, untuknya berhati-hati
dan introspeksi itu perlu. Bersyukur di kelas duabelas ini banyak pengalaman
yang kubawa sedari dulu. Meski semua tak sempurna ketika diaplikasikan.
Manusia
yang sering digadang-gadang sebagai makhluk Allah paling sempurna, pastilah
memiliki celah dalam bangunan kesempurnaan dalam dirinya. Tak semua sisi
dapat membahagiakan semua orang,
terlebih kepada orang yang memiliki rasa tinggihati.
Lelah
batin ketika merasa ada kurang dalam diri yang biasanya tampak melengkapi tawa
kini hilang tak berjejak. Hambar meniti waktu dengan hati menggerutu, tak
berujung. Apakah kini tiada kata yang sanggup untuk menjalin lagi tawa ?
Yang biasa menertawakan keadaan tanpa komando sekalipun?
Lelah
raga ketika tugas mulai bangkit dan mengejar setelah lelah meraung.
Bertubi-tubi merobohkan bangunan imun dengan deadline yang semakin mengikat.
Butuh piknik, butuh tamasya, jendral! Butuh waktu panjang untuk istirahatkan
raga.
Lelah
pikiran ketika kosakata telah habis di almari penggerak system tubuh. Memeras
layaknya parutan kelapa yang sudah tak mampu untuk menghasilkan santan yang
baik. Begitulah sekiranya sisi puitis ini menggambarkannya.
Sekiranya
selalu ada Yang Kuasa untuk mengadu dan bercerita ketika dunia tak jua beri
jawaban atas lelahmu yang terlalu mengekang. Ataukah diri yang terlalu lemah
untuk mendapat ujian hidup sebagai sebagaian perjalanan manusia di bumi manusia
ini. Yang jelas, kutulis ini sebagai sisi diri yang lelah dan yakin akan
kekuatan racikan kata mampu mewakili perasaan dalam tumpahnya rasa di setiap
kata yang berjajar.
Semoga
semua akan baik saja dan menjadi kenangan yang indah di kelas duabelas ini.
Kelas yang menentukan dirimu besok. Tempat di mana semua akan selesai dikenang
di masa SMA.
Semoga
tawa akan tetap bersanding dengan lelah yang akan terus menjadikan ikhlas di
setiap perjalanan hidup. Selamat berjuang semoga Allah selalu mendengar doa
kita.
Rumah
Kakek, dengan resah.
27
oktober 2014.
0 komentar:
Posting Komentar