Senin, 10 Maret 2014

Gunung Api Purba :))

Standard


Nglanggeran, 4 Maret 2014

Gelapnya malam di puncak Gunung Api Purba
 
Matahari siang ini tampak malu-malu untuk menampakkan wujud utuhnya. Hanya awan yang sedikit mendung itu sebagai perisai menutupi hampir seluruh matahari siang ini. Aku tetap pada posisiku di belakang kemudi motor matic merah untuk membawaku ke Wonosari siang ini. Hampir di pertengahan jalan aku terkepung oleh rintikan hujan, untungnya hanya beberapa daerah saja yang sudah mendapat “jatah rejeki”dari-Nya.
Sekitar pukul 14.30 aku sampai di Wonosari dengan keadaan yang siap untuk berjelajah. Jalanan tampak lenggang tak banyak kendaraan wira-wiri di jalanan aspal hitam ini. Aku sudah beranjak dari rumah dengan memakai sepatu lengkap dengan perlengkapan dalam tas. Seperti berlomba dengan waktu aku menarik gas sepeda motor dengan kecepatan (sedikit) di atas normal.
Tampak dari depan kos teman, motor temanku yang lain sudah terparkir. Ternyata belum sia-sia olehku menarik gas motorku, belum ada orang. Oh God!! Mendadak aku tergeletak dengan santai di halaman kos dengan tangan dan kaki bergetar (Ini hanya adegan rekayasa yang dilakukan model)
Sudah hampir 30 menit kami menunggu teman. Akhirnya kami berangkat menuju tempat tujuan kami. Motor kami masing-masing sudah terparkir di dekat rumah warga, bermaksud menunggu para maskulin datang. Iya, menunggu lagi. Sungguh buruk -_-
Jalan menuju Gunung Api Purba, Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul tak buruk-buruk banget, hanya saja menanjak-menurun. But, make your feeling so happy :D setelah sampai kami membeli tiket masuk dan menunggu lagi teman maskulin kami yang masih menunggu hujan reda di tempat lain.
Hujan sudah tumpah ke bumi dengan kilat lanjut petir yang menggelegar membuat beberapa orang tersontak kaget dan reflek menutupi telinga masing-masing. Terpaksa, kami tak berani menembus hujan yang masih galak itu. Kami duduk di pendopo dan menunggu hujan reda. Ohh iya menunggu lagi -_-
Akhirnya hujan sudah semakin reda dan suasana sudah menjadi lebih baik. Kami bersembilan mulai pendakian sore dengan bertemankan hujan gerimis dan kekompakkan. Sedikit demi sedikit air hujan menembus pakaian yang membalut tubuh kami, tak ada waktu 15 menit kami sudah basah dengan beban air yang tertahan di masing-masing baju kami. Kaki mulai menapaki jalur pendakian yang sudah mulai becek karena hujan tadi. Tak apa, kami tetap melaju dan saling menunggu teman.
Sebelumnya aku pernah bilang “Harus berani ambil resiko.” Nah meski kaki sudah tak mampu untuk lebih cepat dari biasanya, sebisa mungkin tetap ingin menaklukan medan yang semakin menantang ini.
“Ayo, semangat tip. Sunset tip.. harus terbayarkan!!” teriak temanku di tengah hujan gerimis yang menemani kami bertiga di belakang dari barisan. Semuanya menjadi hebat, para maskulin yang biasanya hanya terlihat cuek dengan laptop dan games di dalamnya menjadi layaknya heroes kami untuk pendakian sore ini.
Bahkan, mereka dengan senang hati menunggu kami berhenti di beberapa pos. Haha, so thanks a lot hey maskulin :D
Ini quotes dari mereka yang menjadi moodbooster :
“Kancane do ditungguni.”
“Mengko nek kesel leren rapopo.”
“Mengko bar iki apik pemandangane.”
“Ayo, sedilit meneh pos.”
Dan masih banyak lagi.. ah kereeennnn.. you’re rawk guys!!!
Tepat adzan maghrib berkumandang kami berada tepat di puncak Gunung Api Purba. Yeaahh, terabayarkan capeknya. Meski tak mendapat sunset seperti target pertama kami, tapi tak apa pemandangan kota yang berhias lampu terlihat cantik dan menarik dari atas. Dengan kerja keras dan berani ambil resiko kami bisa mendapat apa yang kami inginkan. Tak hanya itu, rasa kekeluargaan dan kompaknya dapet. Rasanya ingin berteriak panjang di atas, rasanya pengen nginep aja, tapi tak bisa. Kami harus segera turun.
saat turun, kami lebih mengutamakan kebersamaan. Canda tawa kami tetap ada di sepanjang perjalanan. Juga tak jarang diantara kami jatuh terpeleset karena tidak konsentrasi dengan jalan, kosentrasi kami pindah ke lawakan para maskulin alhasil jatuh, terpeleset, tertawa terbahak dsb lah :D para maskulin pun tak ubahnya menjadi heroes kami lagi. Ah thanks ya thanks :D
Mie rebus, mie goreng, mie ayam, the hangat, kopi hangat menjadi pelengkap malam dingin kami setelah pendakian sore yang melelahkan tapi seru. Di warung kopi yang menjadi sesak itu karena kedatangan kami, kami saling bercerita tentang apa saja yang menjadikan suasana menjadi lebih mengasyikkan.
Dari pemdakian itu, dapat kami ambil pelajaran tentang kebersamaan, kekompakkan, saling menyemangati dan tak mengagungkan keegoisan. Sepertinya sifat asli kami terlihat karena menyatu dengan alam.
Ke mana kita selanjutnya? Awal yang baik bukan? ;)

Tambahan: Sepatu Lifta menjadi 4 bagian dari 2 pasangan yang asli. :p Niki hampir tidur di halaman kos karena hampir kemaleman :p Latifah nunggu ayahnya buat pulang malam itu :p 


Lifta bersama sepatunya yang malang

0 komentar:

Posting Komentar