sumber: satria-ramadhan.com |
“Banyak orang yang
pengin jadi anak basket biar dicap keren dan popular. Punya badan sehat,
dielu-elukan fans ketika bertanding, memiliki banyak teman spermainan dan yang
paling penting nih… digilai cewek-cewek!
Buat Satria – si anak
basket rabun ayam – permainan bola itu sudah jadi prinsip hidup, passing
feelings alias oper baperan sudah biasa, three point untuk urusan hubungan
jarak jauh pernah dilakukan, sekadar rebutan rebound hati gebetan sih berani
saja, dan kebiasaan di block saat shooting membuatnya lebih tabah ketika
ditolak cewek.
Namun, semua itu tidak
menyelamatkan derita jomlo; hati Satria belum mendapat point. Teknik dan taktik
apa lagi yang harus dijalaninya untuk mencetak angka? Terus berusaha dan jangan
sampai fouled out, ya!”
Identitas
Buku
Judul
: Love Rebound
Pengarang
: Satria Ramadhan
Tebal
Halaman : 219 Halaman
Tahun
Terbit : 2015
Cetakan
ke : Satu
Penerbit : Bukune
Harga : Rp. 47.000
Banyak
bab : 11
“Kalau kata orang,
“love is in the air.” Cinta, layaknya bola basket yang terpantul jauh ke udara.
Ini saatnya gue harus rebound!” – Love Rebound, Satria Ramadhan.
Dalam dunia percintaan,
rasa takut yang membayangi diri sendiri ketika sedang dalam fase-fase “love cycle” pasti ada. Macam-macam lah
bagaimana itu bentuknya. Terlebih kalau sudah merasa agak trauma (eh kok
trauma, jadi kelihatan serem banget. Maksutnya err apaya..) dengan yang
sebelumnya. Kegelisahan ini yang berhasil diangkat oleh si penulis idola remaja
masa kini dan masa-rakat (masyarakat maksutnya -_-), Satria Ramadhan. Dengan
premis, seorang pemuda yang kepengen mempunyai pacar, tapi dia mempunyai
ketakutan yang membuat ia banyak gagal dalam hal ini, Satria berhasil berkisah
tentang kehidupannya.
Karena skill sebagai
pemain basket yang Satria punya, ia mengemas kisah-kisahnya di Love Rebound
dengan teknik permainan bola basket. Baginya, permainan bola basket sudah jadi
prinsip hidupnya, yang ia selalu maknai di setiap masalah di kehidupan. Bukan
maksutnya baper, tapi Satria cerdas, walaupun baper tapi dia selalu mengambil hikmahnya
dan sampai dijadikan buku. Salut, bisa berhasil ngembangin kegelisahan gitu
sampai akhir. Saya mencoba bikin outline saja masih bingung ngembanginnya…(eh
curhat)
“Untuk mendapatkan
cinta, semua orang harus berani. Harus berani memutuskan untuk menjemput atau
membiarkan cinta itu dijemput oleh orang lain layaknya tugas rebounder dalam
pertandingan basket.” – Love Rebound, Satria Ramadhan.
Ada total sebelas bab di dalam buku perdananya
ini. semua judul bab selalu berhubungan dengan teknik dalam bola basket.
Untungnya, saya (hampir) rajin kalau disuruh baca materi tentang basket dan
olahraga lainnya menjelang ujian tulis di sekolah, jadi sedikit banyak ngerti
istilah di dalamnya. Tapi minim kosakata bukan berarti mengurangi kekhusyukan
mengerti ceritanya, menurut saya. Satria di beberapa tempat juga sudah
menjelaskan untuk beberapa kata yang jarang orang awam tau di dunia bola
basket.
Bab-bab di dalamnya
saling berhubungan. Sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama pelaku
utama. Dengan pov itu, saya merasa
dibacakan langsung kisahnya oleh Satria. Meski begitu, tidak ada kesan
menggurui, cenderung asik. Saya masih
dibiarkan berimajinasi dengan deskripsi yang ditulis Satria dengan cukup baik.
Di bab empat (Terancam Fouled Out), waktu Satria kena rampok, si Babon rasanya
pengen banget minta ditimpuk pake spion dan rasanya berisik sekali membaca
bunyi klaksonnya, imajinasi saya seakan hidup. Saya sampai ikut patah hati
waktu di bab delapan gara-gara Mili. Dan di bab sembilan (Love Shooting),
turnamen yang Satria gambarkan, jadi bikin saya ikut menikmati turnamen itu. Bahasanya
juga enak buat dibaca, meski ada satu kalimat yang bikin saya bingung
nerjemahinnya kayak gimana, seperti yang saya bold, “Nggak mungkin banget gue jawab, “Aaaak, iya! Dia cucwook,
ya, bwok! Endues bambang keleus, ya,
bwok kalau jadi pacarnya!”” – Love Rebound (halaman 185). Nggak ngerti, Satria
kayaknya melakukan observasinya langsung ke waria kelas atas deh. Hehee :p
Overall, bab-bab di
buku Love Rebound ini menarik. Komedi yang di selipkan segar dan menyenangkan.
Satria memberikan plesetan yang mungkin orang sampai nggak kepikiran untuk itu.
Seperti:
”Hari ini pengumuman
hasil kelulusan ujian masuk kampus baru, Universitas Tarumanagara, Jakarta.
Kalau sampai nggak keterima, gue bakal dibeliin motor sama bokap. Buat ngojek. ”
(halaman 6)
“Selain mempersiapkan penampilan,
gue juga mempersiapkan bekal perjalanan. Gue kencan udah kayak musafir.” (halaman 103).
Pokoknya contoh yang di atas itu waktu pertama kali baca, tiba-tiba reflek ngakak aja. :p
Pokoknya contoh yang di atas itu waktu pertama kali baca, tiba-tiba reflek ngakak aja. :p
“Gue pengen deh kayak
kereta. Biar bisa melaju tanpa ada yang ngehalangi. Biar bisa melaju tanpa rasa
takut sedikit pun sampai tujuannya. Stasiun terakhir.” – Love Rebound, Satria
Ramadhan
Di bab pembuka, Satria
bercerita tentang pacar posesifnya, yang berakhir putus. di bab selanjutnya,
Satria juga bercerita tentang mamanya, teman barunya di kampus, dirampok,
difriendzonein, memperjuangkan cintanya tapi akhirnya ya gitu deh (mundur
teratur maksutnya), dan pada akhirnya Satria menemukan stasiun terakhirnya.
Nah, ini bab sembilan, bab yang mengharukan. Bab favorit. karena disitu saya
diajari, kalau kita ingin mendapatkan
apa yang kita mau, ya kita harus usaha. Ah apalagi di bab ini Satria dapet
handuk special dari Natasya. Saya baca berulang-ulang, aih berkaca-kaca saya.
“Love
is the constant passenger in my train of thoughts. And I am heading towards
your station.” – Love Rebound, (halaman 205)
*mbrebes mili*
*mbrebes mili*
Covernya juga bagus.
Sedap dilihatnya – terlepas dari muka si penulis yang cakep dan merem – bukan
orang yang ngerti desain sebenarnya, malahan menilai sebuah desain grafis buat
saya hanya terbatas bagus, enak dilihat, dan nggak bagus. Tapi menurutku, covernya kece – sekali lagi bukan karena
si penulis yang ada di covernya – konsepnya
yang pake graffiti-grafiti gitu, sip! sama ketika si penulis bawa bola basket
itu mendukung isi *sok tau aja* Coba deh kalau si penulis itu bawa bola
bekel…..
Soal kekurangan,
mungkin di bab yang ia dirampok itu menurutku sedikit membosankan, apa
gara-gara saya bacanya di bab itu berhenti-berhenti atau gimana. Tapi seperti
di atas saya masih menikmatinya dan tetap bisa membangun kejadiaannya di batok
kepala saya. Udah itu aja sih mungkin kekurangannya yang saya rasakan.
Pertama kali tau kalau
Satria mau meluncurkan buku perdananya, saya bingung buat beli apa nggak,
abisnya belum tau tentang apa. Sampai kemarin ikut bedah bukunya di Solo, penjelasan
Satria meyakinkan, bakat sekali dia dengan bercerita potongan kisahnya yang ada
di buku, saya jadi memutuskan untuk beli, sampai rumah setelah bedah buku
langsung dibaca, besoknya bukunya udah khatam aja. Asik banget. Komedinya bikin
nagih. Dan saya merekomendasikan ini untuk kalian-kalian yang pengen lebih
memaknai hidup dari sudut pandang yang berbeda, dari permainan bola basket.
Akhirnya, 4/5 bintang buat buku perdana Satria ini. Saya mencium ada kerja sama yang keren antara si penulis, editor, desainer sampulnya dan para redaktur Bukune lainnya di buku perdana Satria ini. hahaha. hehehee..
Akhirnya, 4/5 bintang buat buku perdana Satria ini. Saya mencium ada kerja sama yang keren antara si penulis, editor, desainer sampulnya dan para redaktur Bukune lainnya di buku perdana Satria ini. hahaha. hehehee..
Ditunggu buku
selanjutnya! ciao! *BLETAK!!*
promo buku @ Gramedia Surakarta |
with the author of Love Rebound |
Regards,
Muthiasari Atifa Ramadhani
0 komentar:
Posting Komentar