Minggu, 03 Mei 2015

Memaknai Hidup ala Sang Rebounder

Standard
sumber: satria-ramadhan.com

“Banyak orang yang pengin jadi anak basket biar dicap keren dan popular. Punya badan sehat, dielu-elukan fans ketika bertanding, memiliki banyak teman spermainan dan yang paling penting nih… digilai cewek-cewek!

Buat Satria – si anak basket rabun ayam – permainan bola itu sudah jadi prinsip hidup, passing feelings alias oper baperan sudah biasa, three point untuk urusan hubungan jarak jauh pernah dilakukan, sekadar rebutan rebound hati gebetan sih berani saja, dan kebiasaan di block saat shooting membuatnya lebih tabah ketika ditolak cewek.

Namun, semua itu tidak menyelamatkan derita jomlo; hati Satria belum mendapat point. Teknik dan taktik apa lagi yang harus dijalaninya untuk mencetak angka? Terus berusaha dan jangan sampai fouled out, ya!”



Identitas Buku

Judul                           : Love Rebound

Pengarang                   : Satria Ramadhan

Tebal Halaman            : 219 Halaman

Tahun Terbit                : 2015

Cetakan ke                  : Satu

Penerbit                       : Bukune

Harga                          : Rp. 47.000

Banyak bab                 : 11
 
thank you for the wish



“Kalau kata orang, “love is in the air.” Cinta, layaknya bola basket yang terpantul jauh ke udara. Ini saatnya gue harus rebound!” – Love Rebound, Satria Ramadhan.


Dalam dunia percintaan, rasa takut yang membayangi diri sendiri ketika sedang dalam fase-fase “love cycle” pasti ada. Macam-macam lah bagaimana itu bentuknya. Terlebih kalau sudah merasa agak trauma (eh kok trauma, jadi kelihatan serem banget. Maksutnya err apaya..) dengan yang sebelumnya. Kegelisahan ini yang berhasil diangkat oleh si penulis idola remaja masa kini dan masa-rakat (masyarakat maksutnya -_-), Satria Ramadhan. Dengan premis, seorang pemuda yang kepengen mempunyai pacar, tapi dia mempunyai ketakutan yang membuat ia banyak gagal dalam hal ini, Satria berhasil berkisah tentang kehidupannya. 


Karena skill sebagai pemain basket yang Satria punya, ia mengemas kisah-kisahnya di Love Rebound dengan teknik permainan bola basket. Baginya, permainan bola basket sudah jadi prinsip hidupnya, yang ia selalu maknai di setiap masalah di kehidupan. Bukan maksutnya baper, tapi Satria cerdas, walaupun baper tapi dia selalu mengambil hikmahnya dan sampai dijadikan buku. Salut, bisa berhasil ngembangin kegelisahan gitu sampai akhir. Saya mencoba bikin outline saja masih bingung ngembanginnya…(eh curhat)


“Untuk mendapatkan cinta, semua orang harus berani. Harus berani memutuskan untuk menjemput atau membiarkan cinta itu dijemput oleh orang lain layaknya tugas rebounder dalam pertandingan basket.” – Love Rebound, Satria Ramadhan.


 Ada total sebelas bab di dalam buku perdananya ini. semua judul bab selalu berhubungan dengan teknik dalam bola basket. Untungnya, saya (hampir) rajin kalau disuruh baca materi tentang basket dan olahraga lainnya menjelang ujian tulis di sekolah, jadi sedikit banyak ngerti istilah di dalamnya. Tapi minim kosakata bukan berarti mengurangi kekhusyukan mengerti ceritanya, menurut saya. Satria di beberapa tempat juga sudah menjelaskan untuk beberapa kata yang jarang orang awam tau di dunia bola basket.

Bab-bab di dalamnya saling berhubungan. Sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama pelaku utama. Dengan pov itu, saya merasa dibacakan langsung kisahnya oleh Satria. Meski begitu, tidak ada kesan menggurui, cenderung asik. Saya  masih dibiarkan berimajinasi dengan deskripsi yang ditulis Satria dengan cukup baik. Di bab empat (Terancam Fouled Out), waktu Satria kena rampok, si Babon rasanya pengen banget minta ditimpuk pake spion dan rasanya berisik sekali membaca bunyi klaksonnya, imajinasi saya seakan hidup. Saya sampai ikut patah hati waktu di bab delapan gara-gara Mili. Dan di bab sembilan (Love Shooting), turnamen yang Satria gambarkan, jadi bikin saya ikut menikmati turnamen itu. Bahasanya juga enak buat dibaca, meski ada satu kalimat yang bikin saya bingung nerjemahinnya kayak gimana, seperti yang saya bold, “Nggak mungkin banget gue jawab, “Aaaak, iya! Dia cucwook, ya, bwok! Endues bambang keleus, ya, bwok kalau jadi pacarnya!”” – Love Rebound (halaman 185). Nggak ngerti, Satria kayaknya melakukan observasinya langsung ke waria kelas atas deh. Hehee :p


Overall, bab-bab di buku Love Rebound ini menarik. Komedi yang di selipkan segar dan menyenangkan. Satria memberikan plesetan yang mungkin orang sampai nggak kepikiran untuk itu. Seperti:

”Hari ini pengumuman hasil kelulusan ujian masuk kampus baru, Universitas Tarumanagara, Jakarta. Kalau sampai nggak keterima, gue bakal dibeliin motor sama bokap. Buat ngojek. ” (halaman 6)

“Selain mempersiapkan penampilan, gue juga mempersiapkan bekal perjalanan. Gue kencan udah kayak musafir.” (halaman 103).
Pokoknya contoh yang di atas itu waktu pertama kali baca, tiba-tiba reflek ngakak aja. :p



“Gue pengen deh kayak kereta. Biar bisa melaju tanpa ada yang ngehalangi. Biar bisa melaju tanpa rasa takut sedikit pun sampai tujuannya. Stasiun terakhir.” – Love Rebound, Satria Ramadhan



Di bab pembuka, Satria bercerita tentang pacar posesifnya, yang berakhir putus. di bab selanjutnya, Satria juga bercerita tentang mamanya, teman barunya di kampus, dirampok, difriendzonein, memperjuangkan cintanya tapi akhirnya ya gitu deh (mundur teratur maksutnya), dan pada akhirnya Satria menemukan stasiun terakhirnya. Nah, ini bab sembilan, bab yang mengharukan. Bab favorit. karena disitu saya diajari, kalau kita ingin mendapatkan apa yang kita mau, ya kita harus usaha. Ah apalagi di bab ini Satria dapet handuk special dari Natasya. Saya baca berulang-ulang, aih berkaca-kaca saya.

“Love is the constant passenger in my train of thoughts. And I am heading towards your station.” – Love Rebound, (halaman 205)
*mbrebes mili*
 
cover depan

Covernya juga bagus. Sedap dilihatnya – terlepas dari muka si penulis yang cakep dan merem – bukan orang yang ngerti desain sebenarnya, malahan menilai sebuah desain grafis buat saya hanya terbatas bagus, enak dilihat, dan nggak bagus. Tapi menurutku, covernya kece – sekali lagi bukan karena si penulis yang ada di covernya – konsepnya yang pake graffiti-grafiti gitu, sip! sama ketika si penulis bawa bola basket itu mendukung isi *sok tau aja* Coba deh kalau si penulis itu bawa bola bekel…..


Soal kekurangan, mungkin di bab yang ia dirampok itu menurutku sedikit membosankan, apa gara-gara saya bacanya di bab itu berhenti-berhenti atau gimana. Tapi seperti di atas saya masih menikmatinya dan tetap bisa membangun kejadiaannya di batok kepala saya. Udah itu aja sih mungkin kekurangannya yang saya rasakan. 


Pertama kali tau kalau Satria mau meluncurkan buku perdananya, saya bingung buat beli apa nggak, abisnya belum tau tentang apa. Sampai kemarin ikut bedah bukunya di Solo, penjelasan Satria meyakinkan, bakat sekali dia dengan bercerita potongan kisahnya yang ada di buku, saya jadi memutuskan untuk beli, sampai rumah setelah bedah buku langsung dibaca, besoknya bukunya udah khatam aja. Asik banget. Komedinya bikin nagih. Dan saya merekomendasikan ini untuk kalian-kalian yang pengen lebih memaknai hidup dari sudut pandang yang berbeda, dari permainan bola basket. 
Akhirnya, 4/5 bintang buat buku perdana Satria ini. Saya mencium ada kerja sama yang keren antara si penulis, editor, desainer sampulnya dan para redaktur Bukune lainnya di buku perdana Satria ini. hahaha. hehehee..

Ditunggu buku selanjutnya! ciao! *BLETAK!!* 

promo buku @ Gramedia Surakarta

with the author of Love Rebound


 Regards,
Muthiasari Atifa Ramadhani

0 komentar:

Posting Komentar